Joseph Huang Bingzan diangkat sebagai uskup di Kota Shantou, Guangdong, Cina. Upacara tersebut digelar dibawah pengawalan kepolisian Cina. Pemerintah dan konstitusi Cina juga memberikan jaminan dan hak untuknya memimpin ibadah. Namun pentabisan Uskup Joseph ini justru ditolak oleh pemimpin umat Katolik saat ini, Paus Benediktus XVI.
Pihak Vatikan menilai pengangkatan Uskup di Cina adalah sikap penolakan terhadap otoritas Gereja Katolik sekaligus kepemimpinan Paus. Bukan hanya itu saja, hal ini dianggap dapat memunculkan kebingungan dan keraguan iman di antara umat Katolik di Cina.
“Tahta Suci Vatikan tidak mengakui Uskup yang ditahbiskan di Cina, karena itu dia tidak memiliki wewenang untuk memimpin suatu keuskupan dan juga umat Katolik di keuskupannya,” ungkap pernyataan yang dikeluarkan Tahta Suci Vatikan, Kamis kemarin (26/4).
Hubungan antara pemerintah Cina dan Vatikan telah renggang sejak 1951, yaitu ketika Partai Komunis mengambil alih kekuasaan dan mendirikan gereja sendiri di luar otoritas Paus. Saat ini, sekitar enam juta penganut agama Katolik di Cina terpecah. Sebagian umat Katolik mendukung pemerintah dan sebagian lainnya mendukung Paus Benediktus XVI walaupun dengan konsekuensi tidak bisa beribadah dengan bebas.
Kebebasan yang diberikan pemerintah Cina kepada rakyatnya untuk beragama dan melakukan ritual keagamaan memang masih kebebasan bersyarat dan banyak diintervensi oleh pemerintah, namun demikian umat harus tetap mengucap syukur bahwa kekristenan telah menembus negara komunis tersebut. Semoga para umat bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk terus bertumbuh dalam iman mereka.
Sumber : jaringnews.com/vina